daun

Kamis, 07 Mei 2015

BIOGRAFI TEUNGKU FAKINAH

BIOGRAFI TEUNGKU FAKINAH


Tengku Fakinah adalah anak teungku datuk atau dikenal juga dengan nama tengku Asahan dari kampung Lam Beunot (Lam Taleuk) mukim Lam Kerak VII mukim Bae’t, segi XII Aceh Besar. Fakinah lahir diperkirakan pada tahun 1856 di sebuah desa yang bernama la diran, kira-kira 15 km dari kota Banda Aceh. Fakinah semenjak kecil telah dididik dengan sungguh-sungguh oleh orang tuannya dengan ilmu agama seperti mengaji dan ilmu keterampilan seperti menjahit dan membuat kerawang sutera dan keterampilan-keterampilan lainnya.
 Setelah remaja Fakinah tumbuh menjadi seorang gadis yang alim dan terampil, oleh karena itu ia di pangggil Teungku Fakinah . sesudah dewasa, pada tahun 1872 Tengku Fakinah menikah dengan Teungku Ahmad atau dikenal dengan nama Tengku Aneuk Glee. Tengku Aneuk Glee ini membuka pesantren yang dibiayai oleh mertuannya orangtua dari Teungku Fakinah. Tengku asahan atas dukungan masyarakat kampung Lam Beunot dan imam mukim Lam Kerak. Pesantren ini banyak dikunjungi banyak pemuda dan pemudi dari kampung lain di sekitar Aceh Besar, bahkan ada pula yang datang dari lam Cumbok (Pidie) sebab masyarakat lam cumbok banyak juga yang berasal dari mukim Lam Kerak. Teungku Fakinah di samping suaminya Tengku Aneuk Glee turut mengajar pula di pesantren ini. Tengku Aneuk Glee memberi memberi pengajaran untuk para santri putra sedangkan Teungku Fakinah memberi pelajaran  keterampilan seperti menjahit dan membuat karawang untuk para santri putri. Ketika pesantren itu mulai maju datanglah Belanda atau kalau orang Aceh bilang kaphe (kafir) untuk menyerang Aceh dalam expedisi I. Tengku Imam Lam Kerak serta Tengku Aneuk Glee terlibat dalam mempertahankan pantai cermin tepi laut ULE LEE yang di pimpim oleh Panglima Polem Nyak Banta dan Rama Setia. Dalam peperangan tersebut gugurlah banyak pahlawan Aceh, antara lain panglima besar Rama Setia, Imam Lam Kerak dan Teungku Aneuk Glee suami Tengku Fakinah. Pada tanggal 8 shafar 1290 H (8 april 1873). Semenjak itu Teungku Fakinah menjadi janda yang masih remaja. Teungku Fakinah tidak memperoleh keturunan dari perkawinannya dengan Teungku Aneuk Glee.
Semenjak itu pula Teungku Fakinah membentuk badan amal sosial untuk membantu perjuangan rakyat aceh untuk mengusir kaum penjajah. Badan amal sosial itu anggotanya terdiri dari para janda perang dan wanita lainnya. Badan itu mendapat dukungan dari seluruh kaum muslimat Aceh Besar bahkan menjalar sampai ke Pidie (Padang Tiji, Rabee, Batee dan Cumbok). Anggota badan amal ini menjadi amat giat dalam mengumpulkan sumbangan rakyat yang berupa perbekalan makanan, uang, dan harta benda lainnya. Selain dari anggota bergerak mengumpulkan perbekalan peperangan ada juga yang tinggal di tempatnya sibuk bekerja mempersiapkan sajian atau makanan bagi orang yang datang dari luar. Seperti dari Pidie, Meureudu, Samalanga, Peusangan dan lain-lain untuk membantu perang dan menuangkan timah/peluru senapan atau bedil. Semua pekerjaan itu di bawah koordinasi panglima Teungku Fakinah.
Panglima Fakinah tidak tinggal di tempatnya tetapi ia giat sekali hilir mudik ke seluruh segitiga aceh besar menjalankan diplomasi, mendatangi rumah tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang kaya meminta zakat dan sabillillah untuk membantu perjuangan rakyat aceh berperang melawan dan mengusir penjajah dari tanah air. Tengku fakinah memperoleh sukses besar dalam kegiatannya itu, ia telah banyak berkenalan baik dengan Poe Cut Lam Gugup isteri Tuanku Hansyim. Cut Nyak Meuligoe istri Teungku Cut Tungkop, Cut Lam Reueng, istri Teuku Cut Lam Kapang dan lain-lain.
Setelah banyak menyumbang tenaga dan fikiran untuk bumi serambi mekkah ini, dalam bulan puasa pada tanggal 8 ramadhan 1359 bertepatan dengan tanggal 3 oktober 1938 ulama dan pahlawan Aceh Teungku Fakinah meningggal dunia. Beliau di makamkan dalam kompek Dayah Lamdiran, di mana telah terlebih dahulu di makamkan teman-teman seperjuangannya, seperti Habib Kabul dan teman seperjuangan lainnya.
Untuk mengenang jasa Teungku Fakinah di buatlah nama Beliau di salah satu rumah sakit umun di Lamteumen, Aceh Besar.



Sumber : Farid Wajdi Ibrahim. Aceh Bumi Srikandi. (Pemerintah NAD) 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar