daun

Rabu, 17 Juni 2015

WISATA RELIGI DI ACEH


MENGUNJUNGI MAKAM ULAMA BESAR ACEH ABDUR RAUF AS-SINGKILI (SYIAH KUALA)



Asalamu’alaikum.....wr...wb
Pada kesempatan yang berbahagia pada hari minggu Tanggal 7 juni 2015 saya Suhaimi dan kawan-kawan lainnya seperti Masrullah, Ade putra dan Isnaini melakukan kunjungan ke salah satu makam ulama kharismatik di negeri serambi mekkah yaitu ke makam Abdur Rauf As-Singkili atau yang sering disebut Syiah Kuala.Nama lengkapnya beliau ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili ia dilahirkan di Singkil pada 1615 Masehi atau 1024 Hijriah. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.



Beliau  diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat).

Azyumardi Azra menyatakan bahwa banyak karya-karya Abdurrauf Singkil yang sempat dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di antaranya adalah:
  • Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab, karya di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin.
  • Tarjuman al-Mustafid, merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu.
  • Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi, ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin.
  • Mawa'iz al-Badî', berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
  • Tanbih al-Masyi, merupakan naskah tasawuf yang memuat pengajaran tentang martabat tujuh.
  • Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin al-Qâilin bi Wahdatil Wujud, memuat penjelasan tentang konsep wahdatul wujud.
  • Daqâiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasawuf dan teologi.
Tercatat pada era kepemimpinan Ratu, Syeikh Abdurauf pernah menjadi mufti Kerajaan Aceh ketika pada zaman kepemimpinan  Sultanah Safiatuddin Tajul Alam (1641-1643). Atas dukungan Raja Safiatuddin, Abdurauf memulai perjalanan intelektualnya menuju tanah suci. Banyak pusat-pusat keilmuawan yang dikunjunginya sepanjang jalur perjalanan haji. Disamping itu, Syeikh Abdurauf tidak belajar secara formal dengan beberapa ulama. Perkenalannya dengan banyak tokoh ulama seperti Muhammad Al Babili dari Mesir dan Muhammad Al Barzanji dari Anatolia menjadi ladang pencarian ilmu secara informal.

Setelah banyak menyumbang peranannya bagi kemajuan ilmu pengetahuan di negeri serambi mekkah ini beliau Beliau pun Wafat pada usianya yang telah mencapai 105 tahun, peristiwa tersebut terjadi pada hari minggu malam di tahun 1696 yang silam, atau tepatnya pada tanggal 23 Syawal 1106 Hijriah jika di hitung berdasarkan tahun Islam di desa dayah raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh, untuk mengenang jasa beliau pakai lah nama beliau pada salah satu perguruan tinggi di aceh yaitu Universitas Syiah Kuala atau (Unsyiah).

Pada saat pertama kami melakukan kunjungan ke makam Abdur Rauf As-Singkili, kami langsung berinisiatif  bertemu dengan penjaga makam tersebut, untuk menanyakan hal-hal penting tentang sejarah Abdur Rauf As-Singkili secara detail dari narasumber terpercaya, akhirnya kami bertemu dengan penjaga makam syiah kuala tersebut namanya Abdul Wahed ternyata beliau selain penjaga makam tersebut, beliu juga sekaligus keturunan Syiah Kuala beliau sekarang generasi ke-7.



Pada saat itu kami di sambut dengan sambutan hangat oleh  pak Abdul Wahed selaku penjaga makam Syiah Kuala, setelah itu langsung mengatakan kepada beliau maksud dan tujuan kami datang dan mengunjungi makam Abdur Rauf As-Singkili ( Syiah Kuala). Dengan diawali Bismillahirrahmanirrahim kami langsung melakukan tanya jawab tentang Biografi Syiah Kuala, peranan beliau, dan karya-karya yang telah di hasilkan oleh ulama besar tersebut.
Dari  jawaban-jawaban yang dijabarkan begitu banyak dan meluas oleh pak Abdul Wahed inilah jawaban yang kami rasa penting dan perlu orang tau: bahwa  yang disekitaran makam tersebut. Yang disitu ada masjid, pesantren, dayah ternyata dulunya dibangun oleh Syiah Kuala tutur Abdul Wahed, setelah itu makam-makam kecil yang di samping makam Syiah Kuala dan yang diluar tersebut semuannya itu makam para keluarga Syiah Kuala sendiri.

Makam Syiah Kuala dan Sekeluarga yang ada di dalam


Makam keluarga Syiah Kuala yang ada di luar

Disini juga ada orang melepas nazarnya Sedangkan malam hari, aktivitas peziarah sering diisi zikir dan doa bersama oleh berbagai komunitas muslim. Aktivitas peziarah antara lain diisi shalat sunnah, berdoa dan berzikir di makam, bahkan ada yang mencuci muka dengan air sumur yang tersedia di dekat makam. Kendati tidak dibenarkan melakukan ritual yang bisa mengarah ke perbuatan syirik atau menduakan Allah. Hal itu biasanya berbentuk, mengambil batu atau tanah dengan harapan mendapat berkah dari benda tersebut.

Tempat para peziarah mencuci membasuh muka, yang diyakini ada khasiat tersendiri

Pada saat kami menanyakan tentang karya-karya atau kitab-kitab yang pernah Syiah Kuala tulis, ternyata sudah banyak yang hilang akibat diterjang tsunami tahun 2004 silam, kami juga mendengar peristiwa yang menakjubkan yang bahwa pada saat peristiwa stunami pada tahun 2004 silam, bangunan-bangunan yang ada di sekitaran makam beliau semua porak-poranda dan hampir rata dengan tanah tetapi dari sekian makam yang ada disitu cuma makam syiah kuala sendiri yang tidak rusak, terkena terjangan tsunami SUBHANNALLAH WALLAHUL’ALAM hanya Allah swt yang tau.

Dan Para peziarah yang datang pun tidak hanya berasal dari Daerah Aceh ataupun Provinsi lainnya di Negara Republik Indonesia ini, karena beberapa penduduk yang tinggal di Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam juga datang untuk berziarah, antara lain adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Arab, Turki, Pakistan, dan beberapa Negara di Asia lainnya  Banyak para peziarah yang datang berkunjung ke situs Makam Syiah Kuala ini dengan tujuan mereka masing-masing yang tentunya memang berbeda-beda, misalnya saja para peziarah yang datang dari manca negara tersebut, mereka datang untuk berdoa dan berzikir di kawasan Makam Syiah Kuala tersebut. Ada juga yang datang hanya karena penasaran ingin melihat bentuk makamnya, karena mungkin selama ini hanya sekedar tahu dari cerita-cerita orang, kabar berita ataupun media massa. Dan, ada juga beberapa pengunjung yang datang untuk membayar nazar mereka, serta yang ingin membayar aqiqah.
Foto Kami Bersama Abdul Wahed penjaga makam Syiah Kuala
https://youtu.be/TYNsWSeA9M4

Di samping itu, Tips bagi para pengunjung yang mau kesini :
1.      Pakailah pakaian yang sopan dan menutup aurat anda jika berkunjung ke makam ini, dan jangan memakai pakaian ketat, karena jika anda memakai pakaian yang kurang pantas, maka tidak akan di ijinkan masuk ke pekarangan situs Makam Syiah kuala ini.
2.      Patuhilah setiap peraturan dan larangan apa saja yang telah tertera di gerbang masuk Makam Syiah Kuala ini, jangan sekali-kali melanggarnya jika tidak ingin diusir dan merasa malu.
3.      Jangan lupa untuk memberi sumbangan kepada pengurus masjid ini, karena mereka hanya hidup dari uang sumbangan masyarakat. Mereka tidak dapat honor meski bertahun-tahun menjaga makam. Ya, hitung-hitung sekalian anda beramal.

Sekian cerita dari kunjungan kami ke makam Abdur Rauf As-Singkili (Syiah Kuala) semoga menambah khazanah keislamam kita kami akhiri Wabillahitaufikwalhidayah Asalamu’alaikum.....wr....wb

Sumber : Wikipedia.or.id