MENGUNJUNGI
MAKAM ULAMA BESAR ACEH ABDUR RAUF AS-SINGKILI (SYIAH KUALA)
Asalamu’alaikum.....wr...wb
Pada
kesempatan yang berbahagia pada hari minggu Tanggal 7 juni 2015 saya Suhaimi
dan kawan-kawan lainnya seperti Masrullah, Ade putra dan Isnaini melakukan
kunjungan ke salah satu makam ulama kharismatik di negeri serambi mekkah yaitu
ke makam Abdur Rauf As-Singkili atau yang sering disebut Syiah Kuala.Nama lengkapnya beliau ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal
Fansuri As-Singkili ia dilahirkan
di Singkil pada 1615 Masehi atau 1024 Hijriah. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari
Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad
ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia
kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh.
Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia
belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk
mendalami agama Islam.
Beliau diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun
1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang
diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta
wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari
Tasikmalaya, Jawa Barat).
Azyumardi Azra menyatakan bahwa banyak karya-karya
Abdurrauf Singkil yang sempat dipublikasikan melalui murid-muridnya. Di
antaranya adalah:
- Mir'at al-Thullab fî Tasyil Mawa'iz al-Badî'rifat
al-Ahkâm al-Syar'iyyah li Malik al-Wahhab, karya
di bidang fiqh atau hukum Islam, yang ditulis atas permintaan Sultanah Safiyatuddin.
- Tarjuman al-Mustafid,
merupakan naskah pertama Tafsir Al Qur’an yang lengkap berbahasa Melayu.
- Terjemahan Hadits Arba'in karya Imam Al-Nawawi,
ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyyatuddin.
- Mawa'iz al-Badî',
berisi sejumlah nasihat penting dalam pembinaan akhlak.
- Tanbih al-Masyi, merupakan naskah tasawuf yang
memuat pengajaran tentang martabat tujuh.
- Kifayat al-Muhtajin ilâ Masyrah al-Muwahhidin
al-Qâilin bi Wahdatil Wujud, memuat penjelasan tentang
konsep wahdatul wujud.
- Daqâiq al-Hurf, pengajaran mengenai tasawuf dan teologi.
Tercatat pada
era kepemimpinan Ratu, Syeikh Abdurauf
pernah menjadi mufti Kerajaan Aceh ketika pada zaman kepemimpinan Sultanah Safiatuddin Tajul Alam (1641-1643).
Atas dukungan Raja Safiatuddin, Abdurauf memulai perjalanan intelektualnya
menuju tanah suci. Banyak pusat-pusat keilmuawan yang dikunjunginya sepanjang
jalur perjalanan haji. Disamping itu, Syeikh Abdurauf tidak belajar secara
formal dengan beberapa ulama. Perkenalannya dengan banyak tokoh ulama seperti
Muhammad Al Babili dari Mesir dan Muhammad Al Barzanji dari Anatolia menjadi
ladang pencarian ilmu secara informal.
Setelah banyak menyumbang peranannya bagi
kemajuan ilmu pengetahuan di negeri serambi mekkah ini beliau Beliau pun
Wafat pada usianya yang telah mencapai 105 tahun, peristiwa tersebut terjadi
pada hari minggu malam di tahun 1696 yang silam, atau tepatnya pada tanggal 23
Syawal 1106 Hijriah jika di hitung berdasarkan tahun Islam di desa dayah raya Kecamatan
Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh, untuk mengenang jasa beliau pakai lah
nama beliau pada salah satu perguruan tinggi di aceh yaitu Universitas Syiah
Kuala atau (Unsyiah).
Pada saat
pertama kami melakukan kunjungan ke makam Abdur Rauf As-Singkili, kami langsung
berinisiatif bertemu dengan penjaga
makam tersebut, untuk menanyakan hal-hal penting tentang sejarah Abdur Rauf
As-Singkili secara detail dari narasumber terpercaya, akhirnya kami bertemu
dengan penjaga makam syiah kuala tersebut namanya Abdul Wahed ternyata beliau selain penjaga makam tersebut, beliu juga
sekaligus keturunan Syiah Kuala beliau sekarang generasi ke-7.
Pada saat
itu kami di sambut dengan sambutan hangat oleh
pak Abdul Wahed selaku penjaga makam Syiah Kuala, setelah itu langsung
mengatakan kepada beliau maksud dan tujuan kami datang dan mengunjungi makam
Abdur Rauf As-Singkili ( Syiah Kuala). Dengan diawali Bismillahirrahmanirrahim
kami langsung melakukan tanya jawab tentang Biografi Syiah Kuala, peranan beliau,
dan karya-karya yang telah di hasilkan oleh ulama besar tersebut.
Dari jawaban-jawaban yang dijabarkan begitu banyak
dan meluas oleh pak Abdul Wahed inilah jawaban yang kami rasa penting dan perlu
orang tau: bahwa yang disekitaran makam tersebut.
Yang disitu ada masjid, pesantren, dayah ternyata dulunya dibangun oleh Syiah
Kuala tutur Abdul Wahed, setelah itu makam-makam kecil yang di samping makam
Syiah Kuala dan yang diluar tersebut semuannya itu makam para keluarga Syiah
Kuala sendiri.
Makam Syiah Kuala dan Sekeluarga yang ada di dalam
Disini juga ada orang melepas
nazarnya Sedangkan
malam hari, aktivitas peziarah sering diisi zikir dan doa bersama oleh berbagai
komunitas muslim. Aktivitas peziarah antara lain diisi shalat sunnah, berdoa
dan berzikir di makam, bahkan ada yang mencuci muka dengan air sumur yang
tersedia di dekat makam. Kendati tidak dibenarkan melakukan ritual yang bisa
mengarah ke perbuatan syirik atau menduakan Allah. Hal itu biasanya
berbentuk, mengambil batu atau tanah dengan harapan mendapat berkah dari benda
tersebut.
Pada saat kami menanyakan tentang karya-karya atau
kitab-kitab yang pernah Syiah Kuala tulis, ternyata sudah banyak yang hilang
akibat diterjang tsunami tahun 2004 silam, kami juga mendengar peristiwa yang
menakjubkan yang bahwa pada saat peristiwa stunami pada tahun 2004 silam,
bangunan-bangunan yang ada di sekitaran makam beliau semua porak-poranda dan
hampir rata dengan tanah tetapi dari sekian makam yang ada disitu cuma makam
syiah kuala sendiri yang tidak rusak, terkena terjangan tsunami SUBHANNALLAH
WALLAHUL’ALAM hanya Allah swt yang tau.
Dan Para
peziarah yang datang pun tidak hanya berasal dari Daerah Aceh ataupun Provinsi
lainnya di Negara Republik Indonesia ini, karena beberapa penduduk yang tinggal
di Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam juga datang untuk berziarah,
antara lain adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Arab, Turki, Pakistan, dan beberapa
Negara di Asia lainnya Banyak para
peziarah yang datang berkunjung ke situs Makam Syiah Kuala ini dengan tujuan
mereka masing-masing yang tentunya memang berbeda-beda, misalnya saja para
peziarah yang datang dari manca negara tersebut, mereka datang untuk berdoa dan
berzikir di kawasan Makam Syiah Kuala tersebut. Ada juga yang datang hanya
karena penasaran ingin melihat bentuk makamnya, karena mungkin selama ini hanya
sekedar tahu dari cerita-cerita orang, kabar berita ataupun media massa. Dan,
ada juga beberapa pengunjung yang datang untuk membayar nazar mereka, serta
yang ingin membayar aqiqah.
Di samping itu, Tips bagi para pengunjung yang mau
kesini :
1. Pakailah
pakaian yang sopan dan menutup aurat anda jika berkunjung ke makam ini, dan
jangan memakai pakaian ketat, karena jika anda memakai pakaian yang kurang
pantas, maka tidak akan di ijinkan masuk ke pekarangan situs Makam Syiah kuala
ini.
2. Patuhilah
setiap peraturan dan larangan apa saja yang telah tertera di gerbang masuk
Makam Syiah Kuala ini, jangan sekali-kali melanggarnya jika tidak ingin diusir
dan merasa malu.
3. Jangan
lupa untuk memberi sumbangan kepada pengurus masjid ini, karena mereka hanya
hidup dari uang sumbangan masyarakat. Mereka tidak dapat honor meski
bertahun-tahun menjaga makam. Ya, hitung-hitung sekalian anda beramal.
Sekian cerita dari kunjungan
kami ke makam Abdur Rauf As-Singkili (Syiah Kuala) semoga menambah khazanah
keislamam kita kami akhiri Wabillahitaufikwalhidayah Asalamu’alaikum.....wr....wb
Sumber : Wikipedia.or.id